🎯 Pidato Keutamaan Menjadi Santri
Pidatotiga bahasa diadakan di tiga tempat yang berbeda, yaitu pidato Bahasa Inggris di asrama B9, pidato Bahasa Arab di asrama B5, dan pidato Bahasa Jawa di asrama A7. Urgensi santri cerdas dalam mengaji dan berorganisasi menjadi tema dalam lomba pidato kali ini. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Santri juga makhluk sosial.
Dewanjuri, para hadirin serta teman-teman yang berbahagia Puji syukur Alhamdulillah, karena apa ! karena sampai saat ini! kita masih tetap dalam lindungan-Nya. A.Ami..n. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Hadirin yang saya hormati
Alhamdulillah Selamat datang santri santri baru. Setelah melalui test dan wawancara, alhamdulillah akhirnya kami memilih 12 santri yang lolos menjadi santri baru di pesantren Al Hilal. Tidak mudah menentukan siapa diantara calon santri baru yang berhak mendapatkan kesempatan mondok di Al Hilal. Tahun ini kami menerima 12 santri baru.
PidatoKeutamaan Menuntut Ilmu. Assalamualaikum wr wb "allhamdulillah hirobbil alamin, Inggris bahkan pimpinan Jenderal mereka pun mati dalam pertempuran tersebut. dalam peperangan melawan para penjajah santri menjadi garda depan membela tanah air Indonesia, pertempuran berlangsung di Surabaya, dan hingga pada tanggal 10 November
Berikutini sebagian Hadist yg menjelaskan keutamaan sabar : Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR.
3Pidato Keutamaan Menjadi Santri Sebagai santri mungkin kamu melihat banyak kawanmu yang merasa minder dengan statusnya sebagai santri. Mereka merasa bahwa menjadi santri bukanlah suatu kebanggan jika dibandingkan dengan siswa yang melanjutkan pendidikan di sekolah-sekolah negeri. Jika kamu melihat Baca Selengkapnya
PidatoLucu Tentang Santri. Dengan ceramah yang lucu ini pun apa yang kita sampaikan bisa mengena dalam hati dan seringkali bisa lebih memberikan inspirasi ( KEUTAMAAN MENCARI ILMU AGAMA ISLAM)pidato lucu,pidato lucu santri,pidato lucu sunda,pidato lucu. Pidato Kocak Ala Santri - Pigura. Menjadi bagian delinews. Tulisan anda sangat
ContohTeks Pidato Peringatan Hari Santri Nasional - Hari Minggu, 22 oktober 2017 diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Hari Santri Nasional sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Keppres nomor 22 tahun 2015. kaum santri menjadi bandul kekuataan moderat sehingga perubahan konstitusi tidak melenceng dari khittah 1945 bahwa NKRI adalah
ContohPidato Tentang Keutamaan Bulan Ramadhan. Alhamdulillah pada tanggal 6 juni 2016, kita memasuki bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang berkahi dan penuh dengan keutamaan. D bulan ini pintu-pintu surga dibuka; pintu-pintu neraka di tutup; dan setan-setan di ikat. sebagai umat muslim ada baiknya kita untuk mengetahui keutamaan
TfYNk. Ini adalah artikel Amanat Hari Santri 2021, Pidato Ketua Umum PBNU, Membangun Peradaban Islam Melalui Pendidikan Dan Budaya Santri. Selengkapnya sebagai berikut;Resolusi JihadFondasi Islam IndonesiaKebhinekaan Tradisi BeragamaTantangan Politisasi AgamaVisi Hubungan Ulama dan Negara 2045Resolusi JihadHari ini adalah hari yang sangat istimewa dalam perjalanan kita sebagai bangsa, dan sangat penting bagi kesadaran kita sebagai umat beragama. Pada hari inilah, pada 76 tahun yang lalu, tepatnya pada 22 Oktober 1945, Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim As’yari mengeluarkan fatwa yang dikenal dengan Resolusi Jihad. Dalam fatwa tersebut, KH Muhammad Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa perang mengusir penjajah dari tanah air adalah fardhu ain bagi setiap dokumen yang tersimpan di PBNU, “Resolusi Jihad Fii Sabilillah” dengan jelas memuat nilai nasionalisme Indonesia yang berbasis Ahlussunnah wal Jamaah yaitu kewajiban mempertahankan kemerdekaan; NKRI sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya; perang suci jihad ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 km; dan fardhu kifayah bagi mereka yang tinggal di luar radius peristiwa sejarah penting yang melatari lahirnya hari Santri. Suatu keputusan politik dan keagamaan penting dari para Ulama dan pesantren yang menjadikan negara Indonesia yang baru diproklamirkan waktu itu, tetap tegak berdiri. Indonesia tidak jatuh kembali ke tangan penjajah. Tidak salah jika dikatakan “tidak ada peristiwa 10 November di Surabaya, tanpa Resolusi Jihad, alias Hari Santri”.Jika 10 November 1945 adalah titik awal dikumandangkan revolusi Indonesia, maka Resolusi Jihad menunjukkan peran besar santri dalam menegakkan kemerdekaan negara ini. Resolusi Jihad juga menggambarkan antara Islam dan nasionalisme bukanlah hal yang kontradiktif, bahkan tidak bisa dipisahkan. Resolusi Jihad merupakan ekspresi patriotisme dan nasionalisme santri yang berbasis ajaran Islam itulah, pada Hari Santri 2021 ini saya hendak membangkitkan kembali semangat perjuangan melawan penjajah, meneguhkan komitmen kebangsaan, dan melunasi janji para pendiri bangsa, yang telah ditunjukkan para santri Islam IndonesiaDewasa ini, dunia mengetahui capaian peradaban yang telah diraih oleh umat Islam Indonesia. Prestasi ini tidak hanya terbatas pada keberhasilan kita untuk mempertahankan keutuhan negara dan berjalannya demokrasi—di mana seluruh komponen bangsa berhasil menunjukkan keselarasan antara demokrasi modern dan keberlangsungan tradisi Islam. Tetapi juga, pengakuan masyarakat dunia bahwa umat Islam di Indonesia, yang dipeopori oleh para santri dan ulama, telah menciptakan berbagai kreasi yang membentuk budaya keagamaan yang tidak bertentangan dengan kehidupan peradaban Islam Indonesia sudah mulai dirintis sejak proses awal penyebarannya di wilayah Nusantara. Ketika itu masyarakat setempat sudah memiliki tatanan sosial-keagamaan yang mapan. Hampir seluruh aspek kehidupan sudah dibentuk oleh nilai-nilai agama Hindu dan Budha yang datang beberapa kurun waktu sebelumnya. Namun uniknya, penyebaran Islam yang demikian cepat tidak mengindikasikan adanya cara- cara paksaan atau penaklukan atau kekerasan perang agama. Tidak ada catatan tentang pasukan Islam menaklukkan kerajaan-kerajaan di Nusantara; atau pemaksaan terhadap masyarakat untuk menanggalkan praktik kehidupan yang didasarkan pada agama Hindu dan catatan sejarah, Islam masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia melalui proses sosial-budaya yang berlangsung secara bertahap, sebuah proses evolusi kultural yang hebat. Tidak ditemukan gerakan bumi hangus atau Islamisasi yang berusaha memutus mata rantai kebudayaan lama untuk digantikan dengan budaya Islam. Islam berkembang di wilayah- wilayah di Nusantara mengambil bentuk evolusioner, bahkan di pusat-pusat wilayah yang telah mapan menganut agama Hindu, Budha, bahkan masyarakat kuno karena persemaian budaya yang bertahap ini, proses Islamisasi Nusantara tidak memunculkan pemisahan tegas antara wilayah Islam dan non-Islam, atau dar al-Islam dan dar al-harb, seperti halnya dalam politik dan militer. Sebaliknya, tradisi lokal, Hindu, Budha, dan Islam, saling mengisi dan mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya, muncul sejumlah pemahaman dan tradisi keagamaan baru yang akarnya dapat dirujuk pada berbagai tradisi agama yang sudah ada sebelumnya. Setiap model pemahaman memiliki ke-khasan tersendiri, sesuai dengan bangunan ajaran agama dan latar belakang budaya penganutnya, tetapi tetap terhubungkan dengan pemahaman keagamaan lain melalui sejumlah kesamaan tantangan satu faktor penting yang mendorong interaksi damai adalah karakter dan sifat para pendakwah awal yang datang ke kepulauan ini bukan sebagai penakluk, melainkan sebagai pedagang dan guru sufi. Mereka adalah pedagang yang berkepentingan untuk menjalin hubungan baik dengan penduduk setempat. Interaksi ekonomi ini kemudian memfasilitasi kegiatan dakwah dan mengarahkan para ulama awal untuk lebih menekankan pada cara-cara juga menggambarkan, bahwa karakter Islam yang disebarkan pendakwah awal tidak terlalu menekankan aspek hukum fiqh. Sebagian sumber menyebutkan karakter sufi yang kuat, sehingga masalah moral, akhlak dan hakekat agama menjadi perhatian utama. Islam tasawuf, atau yang kita kenal dewasa ini dengan Islam yang bercorak sufistik, menekankan prinsip-prinsip pokok agama, seperti hubungan dengan Tuhan, menyempurnakan akhlak, dan keseimbangan hidup. Hal ini tidak berarti meninggalkan aspek syariat yang terkandung dalam fiqh demikian membuat proses Islamisasi menjadi lentur, leluasa, tapi memiliki sumbangan positif di masa depan. Hal ini dapat dijumpai dari berbagai cerita rakyat tentang para wali. Para wali mempertahankan keindahan gaya bangunan tempat suci agama Hindu atau Budha dan memodifikasinya dengan membuat lapisan berjumlah lima sebagai simbol rukun Islam. Mereka juga tidak melarang pertunjukan wayang yang jelas-jelas hasil karya para pujangga Hindu. Para wali mengubah alur cerita secara kreatif dan memaknai kembali sejumlah simbol dan karakter yang ada dalam narasi aspek politik pun, para wali dan generasi ulama yang kemudian tidak memaksakan raja-raja menjadi subordinat dari kekhalifahan Islam yang saat itu sudah berjaya di Timur Tengah. Sebaliknya, mereka meneguhkan kekuasaan penguasa-penguasa lokal dengan mengangkat sebagai pemimpin agama di wilayah kekuasaan Islamisasi Nusantara yang terbuka, yang bersedia menerima kebajikan dari kelompok lain, merupakan capaian kepemimpinan tersendiri dari para ulama. Sikap ini tidak saja mampu menghindari kekerasan, tetapi juga membuka kesempatan untuk memahami Islam secara terbuka. Ketika berinteraksi dengan masyarakat lokal, para wali tidak saja terbuka menerima keragaman budaya, tetapi juga sadar bahwa hasil interaksi tersebut akan melahirkan pola pemahaman Islam yang kaya dan perjalanannya, Islam di Indonesia memang tidak pernah berkembang secara seragam. Ada kelompok yang lebih dekat dengan tradisi sufi, ada yang lebih menekankan tradisi fiqh, dan ada pula yang bercirikan budaya rakyat dan adat istiadat. Munculnya keberagaman dalam menghayati Islam ini merupakan keniscayaan sosiologis dari proses interaksi kultural. Setiap kelompok dari berbagai strata sosial dan sub-kultur memiliki keleluasaan mengekspresikan pemahaman Ke-Islamannya sendiri. Hasilnya, masing-masing kelompok dengan sendirinya terdorong untuk bersikap moderat dalam Tradisi BeragamaDari semua itu, sumbangan penting dari metode dakwah para wali dan ulama di masa dahulu adalah model keberagamaan yang plural, terbuka, dan toleran, terhadap peradaban Islam Nusantara yang sangat besar. Bahkan bisa dikatakan, ketiga sikap beragama ini merupakan pilar kebudayaan santri di Indonesia. Berlandaskan prinsip pluralitas, keterbukaan, dan toleransi, Indonesia mampu membentuk paham ke-Islaman yang sangat kaya, yang tidak hanya terbatas pada model keberagamaan yang ada di Timur bidang ilmu kalam dan tasawuf yang menjadi arena para pujangga, filosof, dan sastrawan, telah lahir karya-karya monumental. Misalnya, Asrar al Arifin tulisan Hamzah Fansuri, Serat Dewa Ruci susunan Sunan Kalijaga, atau Wirid Hidayat Jati karya Ranggawarsita. Pada wilayah kajian moral yang lebih aplikatif juga muncul Kitab Wulangreh hasil pikiran Paku Buwana IV dan Kitab Centhini oleh Paku Buwono V. Di luar karya-karya besar ini masih banyak karya lain, baik yang berasal dari tarekat-tarekat internasional maupun produksi ulama Nusantara yang masih tersebar di berbagai tempat dan belum banyak juga mempunyai sejarah panjang dalam pemikiran hukum Islam fiqh. Di Jawa ada Kitab Cebolek karya Yasadipura I yang berisikan kritik terhadap model keberagamaan sufistik. Di Aceh juga ada Bustanus Salatin karya Nuruddin Ar-Raniri yang mengeritik mistisisme tasawuf falsafi yang diperkenalkan oleh Hamzah Fansuri. Pemikir besar lain cukup banyak, seperti Syeikh Yusuf al-Makassari dengan karya Al Nafhahussaylaniyyah, Zubdatulasra dan Habi al-Warid; Syeikh Nawawi al-Bantani yang menghasilkan lebih dari seratus karya akademik; atau Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan Sabilal Muhtadin li Tafaqquh fi dengan para ulama yang lahir lebih kemudian, yang memimpin pusat-pusat keilmuan Islam yang dewasa ini kita kenal dengan Lembaga Pendidikan atau budaya pesantren di berbagai tempat, khazanah intelektual di bidang ini sungguh luar biasa. Kekayaan Islam Indonesia dapat ditelusuri lebih jauh melalui aspek kebudayaan yang lain, yaitu budaya material, khususnya seni. Setiap suku memproduksi dan setiap generasi melahirkan kreasi-kreasi keagamaan yang berwajah lokal nasional. Seni sastra dan musik dapat dengan mudah dijumpai dimana-mana. Hampir semua suku di Indonesia mempunyai syair-syair pujian dengan bahasa lokal yang dibawakan sebagai nyanyian atau diiringi lingkungan masyarakat santri di Jawa dan Sunda, mereka mengenal syair keagamaan yang disusun melalui ritme sastra lama, seperti asmaradana, pangkur, dan dandang gula. Di wilayah Melayu sastra keagamaan merupakan nafas seni setempat, di mana para ulama, pangampu tradisi, filosof, dan cendekiawan memberikan kontribusi sangat besar. Meski tidak sepopuler Jawa, Sunda, dan Melayu, sastra keagamaan juga mudah ditemukan di Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah santri mengembangkan berbagai kreasi seni. Kreasi seni arkitektur, sastra, dan musik di atas hanyalah sebagian dari seni Islam Indonesia. Masih banyak yang bisa digali dari karya-karya seni lain, seperti seni patung, lukis, kaligrafi, senjata, kerajinan, tekstil, yang sebagian besar masih berserakan di berbagai tempat. Pasca kemerdekaan, kreativitas masyarakat Indonesia dalam memajukan kebudayaan semakin intensif. Berbagai genremusik relijius berkembang pesat, tidak terbatas pada qasidah, gambus, rebana, dan kaligrafi juga menyebar luas di berbagai kalangan, dan bahkan menjadi hiasan di masjid, rumah, bahkan warung makan. Belakangan Indonesia juga sudah menjadi pusat fashion Muslim dunia dengan kemampuan mengekspor ke berbagai negara Islam. Pada tataran intelektual, para ulama dan cendekiawan dari berbagai aliran semakin produktif berkontribusi terhadap persoalan-persoalan sosial-keagamaan ekonomi, politik, pendidikan, budaya, sains, di samping teologi, sufisme dan Islam Indonesia lain yang menonjol adalah arsitektur. Reinterpretasi arsitektur Hindu dan Budha dalam bangunan masjid di Jawa sudah diterima luas. Namun demikian, Indonesia juga mengenal bangunan masjid yang inspirasinya diambil dari Timur Tengah, India, dan Persia. Masyarakat Islam Indonesia juga mengembangkan arsitektur tempat tinggal, lengkap dengan ornamen yang disusun menurut konsep keagamaan tertentu. Ekspresi seni keagamaan juga muncul dalam penataan pemakaman dan corak batu nisan yang dibuat untuk menghormati arwah para guru dan sosok yang dihormati selalu dibedakan dari masyarakat kebanyakan, yang salah satunya ditandai dengan bangunan indah dengan hiasan kaligrafi dan simbol keagamaan lain. Arsitektur Islam juga merambah model tata kota, tata desa, dan bahkan letak rumah. Hampir semua masyarakat Muslim Indonesia punya pemaknaan dan simbolisasi agama dalam menata ruangan privat maupun keagamaan yang plural, terbuka, dan toleran ini membuat Islam Indonesia memiliki ciri sendiri yang berbeda dari masyarakat Muslim lain. Semua aliran yang ada diikat oleh identitas dan prinsip-prinsip ketuhanan yang sama, tetapi masing-masing menampilkan corak keberagamaan yang berbeda-beda. Peradaban Islam Indonesia lebih merupakan mozaik, perpaduan agung, yang masing-masing elemennya berinteraksi satu sama lain dalam aktivitas pengembangan makna keberagamaan. Sesuai karakter dasarnya, Islam Indonesia bersifat dinamis karena tidak berwajah tunggal dan selalu ini, kita dihadapkan pada tantangan munculnya sebagian kalangan yang mempertentangkan apakah tradisi tertentu sesuai dengan Islam atau tidak. Akibatnya, kelompok ini suka menghakimi suatu tradisi dengan vonis sesat, syirik, bid’ah bahkan kafir. Sekedar contoh, tradisi masyarakat yang membaca al-Qur’an, shalawat serta bacaan, tahmid, tahlil, tasbih dan istighfar yang oleh masyarakat Indonesia sebut sebagai tahlilan, sering dianggap sesat dan bid’ juga, ketika masyarakat berkumpul untuk belajar dan membaca sejarah nabi seperti dalam tradisi mauludan dan barzanji dianggap bid’ah. Penyebabnya sederhana, sejarah yang dibaca adalah dalam Bahasa Arab. Jika saja dibaca terjemahnya dalam versi Bahasa Indonesia, maka saya yakin tidak akan muncul tuduhan bid’ah. Pengkafiran, dan tuduhan sesat terhadap tradisi-tradisi tersebut akan menjadi hambatan signifikan bagi kemajuan kebudayaan di Indonesia. Karena itulah, saya mengajak para hadirin semua dan seluruh bangsa Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan kebudayaan di Indonesia.“Sebuah bangsa akan lestari, langgeng, dan abadi karena ketinggian peradaban dan kebudayaannya. Ketika kebudayaan dan peradaban mereka dekaden, maka bangsa itu akan lenyap dansirna.”Tantangan Politisasi AgamaDilandasi oleh warisan-warisan dari proses kultural Islamisasi inilah, dan sumbangan kepemimpinan para tokoh pemimpin Islam di masa lalu, keputusan KH. Hasyim Asy’ari untuk mempertahankan nasionalisme Indonesia di masa-masa krusial kemerdekaan, bagi masyarakat santri merupakan keputusan yang tepat. Karena dari momen ketetapan Resolusi Jihad itulah, perlahan-lahan NKRI tumbuh dan berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita terjadi transformasi besar great transformation politik agama di Indonesai Indonesia dewasa ini. Yaitu, terdapat konvergensi politik secara nasional di mana nilai-nilai dan pranata keagamaan dan keislaman diakomodasi dalam proses-proses politik dan kebijakan publik. Konvergensi di sini merujuk pada proses politik dan kelembagaan di mana agenda kultural dari ajaran Islam semakin terwadahi dalam institusi penyelenggaraan negara dalam juga Amanat Ketua Umum PBNU dalam Apel Nasional Hari Santri 2022Gejala ini memberi jalan para aktivis Islam, para santri di seluruh tanah air, untuk berpartisipasi dalam urusan publik, urusan pemerintahan dan memberi arah pembangunan negara—baik di birokrasi, kementerian, parlemen maupun lembaga-lembaga lainnya. Perkembangan ini berarti, tatanan kelembagaan dari negara Indonesia telah mengalami perluasan di mana pembangunan akhlak, pengamalan agama semakin diperkuat. Hal itu juga berarti, tanggungjawab moral sekaligus panggilan politik bagi para santri demi menjaga tegaknya NKRI juga semakin sinlah sinilah kita menyadari, tantangan politik bangsa kita dewasa ini juga bertransformasi secara mendasar, yaitu “pergulatan identitas kultural” yang mengambil bentuk menjaga aspirasi ulama dan pesantren untuk menjaga NKRI dari serangan dan rongrongan politik radikalisme dan ekstrimisme. Banyak pimpinan dan tokoh agama radikal yang terus meyakini bahwa Islamisasi budaya masyarakat Indonesia harus dilakukan secara lebih extensif. Dari sinilah paham Islam radikal ini memprihatinkan karena akan terus menjadi amunisi bagi sebagian elit dan pimpinan umat untuk meraih dominasi dalam wacana publik. Isu seperti penerapan hukum Islam, pendirian khilafah, memecah belah antara Islam dan non-Islam tampaknya masih terus diwacanakan. Dan di sinilah upaya menjaga momentum Hari Santri dalam rangka menghidupkan komitmen hubungan agama-negara harus dimaknai ia diharapkan menjadi jembatan bagi arah baru transformasi politik, di mana aspek-aspek yang terkait dengan “negara Islam” diakhiri. Sebaliknya, kita semua wajig meneguhkan komitmen nasionalisme yang berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang lebih substansial yaitu menegakkan politik civic, politik keadaban, seperti kesejahteraan, keadilan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Isu-isu ini sudah seharusnya menjadi concern bagi elit pemangku pemerintahan dan tokoh agama yang—pada situasi tertentu—harus dikelola demi kepentingan-kepentingan membangun kemajuan Hubungan Ulama dan Negara 2045Salah satu komitmen luhur dari Pendiri Bangsa Indonesia yang terus dipertahankan oleh segenap unsur masyarakat di mana para ulama dan santri ada di dalamnya adalah kepercayaan bahwa, Indonesia bukanlah negara agama dan bukan negara sekuler. Melainkan sebuah negara yang berdiri tegak berlandaskan prinsip-prinsip religiusitas tanpa pelembagaan satupun ideologi yang saling bertarung dalam merumuskan visi tentang “negara” di era pergerakan kebangsaan–termasuk Islam atau Nasionalisme sekuler atau bahkan komunis—berhasil menjadi sebuah platform kebangsaan yang dominan. Semua ideologi melebur satu sama lain, membentuk satu tatanan institusi dan sistem pemerintahan yang saling melengkapi. Kebangsaan dan sistem kenegaraan NKRI dewasa ini bisa digambarkan dengan kata yang sederhana yakni, nasionalisme religious yang bercita-cita mewujudkan kesejahteraan, kemajuan dan karenanya, memposisikan hubungan agama dan negara di era demokrasi juga harus diartikan meneguhkan perjuangan untuk membangun sebuah “model politik-keagamaan yang beradab”. Politik keagamaan yang beradab adalah keinginan mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang sedang bertarung dalam proses politik partisipatif dan upaya saling menghargai komitmen untuk menjaga visi awal pendirian bangsa. Dalam suatu politik yang berorientasi civic, agama harus menghormati hak prerogatif demokrasi—masyarakat atau rakyatlah yang berdaulat, dan merekalah yang membuat undang-undang. Namun negara juga menghormati beberapa hak istimewa dari ulama dan peran mereka yang sah di ruang hal yang memprihatinkan, bahwa banyak peristiwa intoleransi yang akhir-akhir ini yang mengemuka karena dilandasi keinginan untuk menjadikan agama sebagai landasan satu-satunya dalam politik demokrasi. Negara seringkali juga gagal meredam, apalagi menuntaskan, berbagai konflik sosial atau kekerasan yang dipicu oleh sentimen-sentimen etnis atau oleh politisi dan pejabat negara, misalnya, masih menjadi tontonan yang mencolok dalam demokrasi, sementara penegakan hukum masih belum sepenuhnya menyentuh unsur keadilan. Kekecewaan yang menimpa secara bertubi-tubi inilah yang menjadi akar dari mudahnya masyarakat mudah tertarik oleh politisasi sentimen agama, dan tidak jarang intoleran—bahkan tidak sedikit anak muda yang bersedia untuk bergabung ke dalam organisasi radikal yang berbasis pada khilafah, sebagai “Negara Alternatif” selain menangkal penyebaran arus kebangkitan ideologi radikal dan ekstrim yang terus mengancam daya tarik anak-anak muda, perlu upaya serius, terstruktur, dan terpadu dari pemerintah bekerjama bekerjasama dengan para ulama, untuk menemukan beberapa strategi jangka panjang bagi pentingnya menggalakkan pendidikan kewarganegaraan Pancasila di sekolah-sekolah dan universitas, sekaligus lembaga pendidikan masyarakat. Kaderisasi kelompok radikal umumnya berlangsung di kalangan remaja dan pemuda. Pendidikan kewarganegaraan yang berorientasi menanamkan kesadaran sejarah dan kebangsaan Ahlussunnah Wal Jamaah dapat meneguhkan semangat nasionalisme. Karena itu, kurikulum, buku dan materi ajar, serta guru dan dosen pendidikan kewarganegaraan yang memahami semangat ke-Islaman akan menjamin arah transformasi Indonesia menuju negara yang menjunjung tingga tinggi keadaban dan nilai pendidikan keagamaan di sekolah dan universitas harus diarahkan untuk mengajarkan Islam dalam bingkai penegakan NKRI. Karena itu, pemerintah harus benar-benar memantau dan mengevaluasi secara berkala pendidikan agama Islam tersebut. Kualitas kurikulum dan para gurunya harus terus ditingkatkan. Sementara materi yang diajarkan dalam pendidikan agama itu benar-benar diarahakan diarahkan agar tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kebangsaan pemerintah perlu mendorong secara intensif, agar para ulama dan tokoh politik Islam mendiseminasi ajaran Islam yang damai dan moderat dalam bingkai dasar negara Pancasila. Pemerintah harus bekerja sama dengan tokoh-tokoh agama itu dalam mensosialisasikan bahwa penggunaan kekerasan dalam konsep jihad mesti dipahami secara substantif dan kontekstual. Dalam situasi damai seperti sekarang, jihad harus dipandang sebagai pesan etis kemanusiaan dalam Islam untuk mewujudkan dan membela kepentingan bersama, yaitu cita-cita bangsa dan Hari Santri 2021Pidato Amanat Hari Santri 2021 MEMBANGUN PERADABAN ISLAM MELALUI PENDIDIKAN DAN BUDAYA SANTRI oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil SirojBaca juga Pedoman Pelaksanaan Upacara Hari Santri
Kamu seorang santri yang sedang mendapat jadwal muhadhoroh atau ceramah di pesantrenmu? Kamu kebingungan dalam mencari materinya? Jika iya, tepat sekali kamu mampir di tulisan ini. Di tulisan ini kami telah mengulas beberapa tema ceramah santri tentang ilmu yang mungkin dapat kamu jadikan materi di Dalam Menuntut IlmuKewajiban Menuntut IlmuKemuliaan Orang Yang BerilmuBersemangatlah Dalam Menuntut IlmuTeman-teman yang dirahmati Allah…Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. Baik itu berstatus sebagai orang kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, seluruhnya wajib menuntut ilmu. Apalagi jika seorang santri atau pelajar. Hal ini karena memang tugas seorang santri ialah belajar. Santri harus senantiasa mencurahkan waktu dan tenaganya setiap hari untuk menambah ilmu, wawasan, dan sebagai santri harus bersyukur telah dimasukan oleh orang tua kita ke pesantren. Disini kita dapat belajar dengan terkontrol dan tersistematis. Kita bisa dengan mudah mencari teman yang sama-sama memiliki visi tinggi dalam belajar. Di pesantren juga kita dapat hidup di lingkungan yang agamis dan religius. Sehingga kita dapat terhindar dari rusaknya kehidupan di dunia luar sekalian…Ketika belajar di pesantren, tentu saya dan kalian semua terkadang merasa malas dan lelah untuk belajar. Kita merasa seolah kehidupan kita di pondok itu bosan dan itu-itu saja. Diantara kita mungkin ada yang menganggap bahwa kehidupan di luar pesantren jauh lebih enak dan menyenangkan. Misalnya kita dapat bermain hp setiap hari, nongkrong dengan pacar, dan kegiatan semisal saat kamu sedang berada di posisi tersebut, coba ingatlah perjuangan orang tua mu dalam mencari rezeki guna menyekolahkanmu di pesantren. Ayah mu telah banting tulang siang dan malam demi membayar uang makan dan mengirimkan kiriman untukmu setiap bulannya. Kemudian ibumu senantiasa mendoakanmu dalam setiap lantunan sekalian…Orang tua tidak berharap banyak dari kita. Mereka hanya ingin anak-anaknya menjadi pribadi yang shalih dan paham ilmu agama. Mereka tidak ingin anaknya justru terjerembap dalam lubang kemaksiatan dan pergaulan yang tidak benar di zaman sekarang. Mereka ingin agar setiap anaknya menjadi qurrota a’yun yang dapat menjadi penyejuk itu, semangat dan rajinlah dalam menuntut ilmu. Sebab menjadi pribadi yang shalih dan mampu memahami ilmu agama yang dapat membahagiakan kedua orang tua tidak bisa dilakukan tanpa adanya rasa semangat dalam sampai kita di pesantren hanya bermain-main saja. Sebab hal tersebut merupakan sebuah kelalaian yang akan menjadikan orang tua sedih terhaap kita. Wallaahu A’lamSekian dan terima Menuntut IlmuTeman teman sekalian…Allah Swt telah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya. Dia telah menjadikan manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia. Dia telah melebihkan kita atas mahluk lainnya seperti malaikat, jin, dan hewan. Hal ini berdasarkan firman Allah yang artinyaDan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. TQS Al Isra 70Lantas apa yang menjadikan kita selaku bani adam dimuliakan oleh Allah? Hal itu karena manusia telah dikaruniakan akal oleh Allah. Akal adalah kemampuan untuk mengetahui hakikat sesuatu. Dalam hal ini maknanya adalah berpikir. Setiap manusia yang normal, tentu bisa berpikir dan mampu untuk menginovasikan hal-hal sekalian…Memang benar manusia adalah mahluk yang paling mulia dengan akalnya. Namun yang harus kita perhatikan adalah, bagaimana cara akal kita dapat berfungsi dan mampu mengeluarkan seluruh potensinya? Apakah kita hanya perlu diam atau seperti apa?Tentu tidak. Seorang manusia harus mengembangkan potensi akalnya dengan cara belajar alias menuntut ilmu. Siapapun orangnya dan berapapun usianya harus senantiasa menuntut ilmu. Sebagaimana kata pepatah “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”Selain itu, menuntut ilmu juga merupakan kewajiban yang Allah berikan kepada kita selaku seorang muslim. Baginda kita tercinta Muhammad SAW bersabda yang artinya “Menunut ilmu itu wajib bagi setiap muslim HR Ibnu MajahTeman teman sekalian…Oleh karena itu sebagai santri yang telah hidup dalam iklim dan suasana keilmuan, sudah seharusnya kita semakin semangat dalam menuntut ilmu. Karena masih banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung kita. Mereka harus bekerja terlebih dahulu untuk membiayai pendidikannya. Sedangkan kita? Kita saat ini alhamdulillah dapat difasilitasi oleh orang tua dalam menuntut belajar! Perhatikanlah saat ustadz kita sedang menerangkan pelajaran. Taatilah setiap perintahnya! Kerjakanlah seluruh tugas yang diberikan kepada kita! Hormatilah dan jaga adab kepadanya! Insya Allah kita akan mendapatkan ilmu yang berkah lagi manfaat serta mampu meningkatkan kemampuan akal dan terima Orang Yang BerilmuTeman teman sekalian…Kita tentu sudah mengetahui bahwasanya menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Siapapun kita, berapapun usianya, bagaimanapun status sosialnya, maka wajib hukumnya untuk terus menuntut ilmu hingga Allah mengatakan kepada kita “Waktumu di dunia sudah habis.”Hanya yang menjadi pertanyaan adalah, ilmu apakah yang wajib dipelajari setiap muslim? Apakah seluruh ilmu? Atau hanya terbatas pada ilmu-ilmu tertentu. Dalam hal ini Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani menyebut bahwa kata ilmu yang terdapat dalam berbagai hadits yang ada maksudnya adalah ilmu syar’i. Apa itu ilmu syar’i? Beliau berkata“lmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan” Fathul Baari, 1/92.Teman-teman sekalian…Karena itu, beruntunglah kita menjadi santri. Hal ini karena kita telah menunaikan kewajiban tersebut setiap harinya. Bagaimana tidak, kita setiap hari sibuk dengan ilmu-ilmu agama. Dari mulai belajar bahasa arab, membaca dan menghafal Qur’an, mempelajari fiqih, mengkaji ilmu hadits, dan berbagai fan ilmu agama beruntung, karena Allah SWT telah menjanjikan banyak kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu. Khususnya dalam bidang ilmu agama, dan khusunya lagi yang sedang menempuh jalan untuk mencari ilmu agama seperti santri. Diantara kemuliaan orang yang berilmu adalah1. Ditinggakan Derajatnya oleh AllahAllah berfirman yang artinya “Niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. TQS Al Mujadilah 112. Dimudahkan Jalannya Menuju SurgaRasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu agama, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga” HR Muslim3. Berada di Jalan Allah Hingga Kita PulangBaginda Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu, maka dia berada di jalan Allah hingga ia pulang.” HR TirmidziKarena itu teman teman sekalian, teruslah rajin dalam belajar. Karena hal itu dapat membawa kita kepada dan terima beberapa ceramah santri tentang ilmu. Semoga dapat bermanfaat ya! Wallahu A’lamBaca juga3 Pidato Keutamaan Menjadi Santri3 Ceramah Santri Tentang Cinta yang Bisa Kamu Sampaikan
Baca Pidato ~ Alhamdulillah hilladzi akramnaa bil iimaan, wa a’azzanaa bil islam, wa rafa’na bil ihsan, ahmaduhu subhanahu wata’ala wa asykuruh, allahumma shollia wasallim wa barik ala sayyidina Muhammad wa ala alihi wa shahbihi wa mantabi’ahum bi ihsani ila yaumiddin, amma ba’du. Yang terhormat bapak Kepala Sekolah. Yang terhormat para orator. Dan saudara-saudara sekalian yang berbahagia. Sebelum saya memulai pidato pada kesempatan yang baik ini, saya mengharap kepada saudara-saudara sekalian untuk mengucapkan syukur Alhamdullilah ke hadirat Allah swt, karena Dia telah memberikan nikmat yang luar biasa banyaknya, sehingga kita dapat berkumpul dan bertatap muka di tempat yang megah ini tanpa ada halangan suatu apapun. Selanjutnya, saya mengharap saudara-saudara sekalian untuk bershalawat pada junjungan kita, Nabi besar Muhammad saw sebagai hamba Allah dan utusan Nya. Saudara-saudara sekalian yang berbahagia. Pada kesempatan yang berbahagia ini tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada saudara pembawa acara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara di hadapan saudara sekalian dengan mengambil tema "KEUTAMAAN Al QUR'AN". Hadirin dan hadirat yang dirahmati Allah. Al Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril, membacanya termasuk ibadah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Al Qur'an diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan antara yang hak dan yang batil. Begitu juga Al Qur'an sebagai sarana untuk membebaskan manusia dari kegelapan kekafiran menuju kepada cahaya iman dan sebagai petunjuk bagi umat manusia kepada jalan yang lurus. Kita telah megetahui bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci bagi kaum muslimin, oleh karena itu kita sebagai muslim hendaknya selalu membacanya setiap hari dan memahaminya dengan pemahaman yang baik, kemudian kita amalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari demi mendapatkan ridha Allah. Membaca Al Qur'an mempunyai banyak fadhilah bagi kaum muslimin, di antaranya adalah sebagaimana yang di jelaskan oleh Nabi di dalam hadis "Sesungguhnya membaca Al Qur'an adalah sebaik-baik ibadah, tiada seorang Islam yang membaca Al Qur'an kecuali Allah akan melipat gandakan pahalanya dan ia menjadi dekat dengan Allah Ta'ala." Rasulullah telah bersabda dalam haditsnya yang berkaitan dengan fadlilah membaca Al Qur'an, seperti membaca surat Al-Ikhlas, Allah akan melipat gandakan pahalanya bagi yang membacanya, seperti hadis berikut ini "Diriwayatlaln oleh Anas bin Malik ra, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda 'Barangsiapa membaca surat Al Ikhlas sekali, maka seakan-akan membaca sepertiga Al Qur'an, dan barangsiapa membacanya dua kali, maka seakan-akan membaca dua pertiga Al Qur'an, dan barangsiapa membacanya tiga kali, seakan-akan ia membaca Al Ouran seluruhnya." Rasulullah saw menganjurkan kepada kita untuk meminta perlindungan kepada Allah setiap kita mau baca Al Qur'an, dan selalu berpegang teguh padanya setiap saat. Seperti sabda Nabi "Al Qur'an adalah jamuan Allah, maka ambilah jamuan Allah semampumu." Kitab sud AI Qur'an tidak di susun secara sistematis sebagaimana karya ilmiah, tetapi Al Qur'an adalah Kalamullah, sebagai pedoman hidup bagi umat Islam. Oleh sebab itu kita sebagai muslim harus mengkaji dan memahaminya serta mengamalkannya dalam kehidupan kita kaum muslimin yang berbahagia. Sebelum mengakhiri pidato ini, saya berharap kepada para pemuda muslim untuk selalu berpegang teguh kepada AI Qur'an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup falsafah hidup, serta berusaha setiap saat untuk berpegang kepada Al Qur'an terus menerus sampai akhir hayat. Demikianlah kiranya pidato yang saya sampaikan dalam kesempatan yang baik ini, ada kurang lebihnya, mohon maaf yang sebanyak-banyaknya. Akhirul kalam, wassalamu alaikum wr. wb. Oleh Drs. Moh. Syamsi HasanDrs. Moh. Amer NasihinMoh. Toha Munir, Labels Pidato Keagamaan Thanks for reading Pidato Islami Keutamaan Al Quran. Please share...!
pidato keutamaan menjadi santri