🦏 Memandang Wajah Orang Sholeh

DemikianTuhan Tidak Memandang Rupa Tapi Hati dan Perbuatan semoga dapat bermanfaat untuk mendapat kemuliaan yang hakiki Hakikat kemuliaan dan kebesaran bukan pada sesama makluk kalau iya pasti sedang tertipu karena sifatnya hanya sementara ada batasnya tidak langgeng, kehormatan kebesaran dan kemuliaan hanya disisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala WajahWajah Berseri di Tanah Suci. Kiai Sholeh memandang bahwa penyebab utama dari munculnya da’i-da’i prematur semacam itu karena didasari oleh keinginan mereka untuk memperoleh harta benda, Kiai Sholeh mengibaratkan orang-orang seperti ini seperti orang yang mengusap mukanya dengan sepatunya sendiri. Jawab: Bisa atau boleh, apabila keduanya diniati, diperbolehkan menggabung antara puasa wajib dengan puasa sunnah atau menggabung antara puasa sunnah dengan puasa sunnah, yang tidak boleh menggabung antara puasa wajib dengan puasa wajib, seperti contoh : menggabung niat puasa qodho Ramadhon dengn puasa nadzar, maka hal tersebut tidak boleh, KisahAnak Sholeh “Uwais Al Qarni”. oleh irwan. Kisah anak sholeh – seiring berjalannya waktu sampailah kita pada era zaman modern, yang dimana perkembangan teknologi semakin pesat. Tidak perlu heran, karena perkembangan zaman ini sudah menjadi bagian dari sunnatullah. Karenannya, mari kita jalani hidup pada era modern ini dengan cerdas Inidinamakan wajah ber aura, ia akan terlihat tampan di depan wanita dengan auranya. Sebab itulah mari kita pelajari doa agar terlihat tampan yang bisa membuka aura pengasihan anda sebagai pria. Doa agar terlihat tampan ini bisa menjadikan wajah berseri, bercahaya, berkharisma dan awet muda tentunya. 7Bahaya Syiah Terhadap Islam. Syiah (شيعة) merupakan salah satu aliran dalam islam yang memiliki jumlah pengikut terbesar nomor dua setelah aliran sunni (ahlussunnah Wal jama’ah atau yang biasa disingkat ASWAJA). Dalam kenyataannya, kedua aliran tersebut memiliki kontroversi hubungan yang bermula sejak awal perpecahan di antara pengikut Nabisaw. bersabda, “Memandang wajah anak-anak dengan syukur seperti memandang wajah nabinya.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Nabi saw. bersabda, “Sungguh di dalam surga ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang yang membahagiakan anak-anak yatim yang Paramalaikat tersebut membawa kain kafan dan parfum dari surga, kemudian sejauh mata memandang (saking banyaknya), mereka duduk di sekitar hamba tersebut. Setelah itu, Malaikat Maut turun dan mengambil posisi di arah kepala orang beriman tersebut, sembari berkata ‘Wahai jiwa yang mulia, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridho-Nya’. Bukankahorang-orang sholeh dapat memberi syafaat? ”Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia sholat bersama dengan kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.” ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. Para mukminin TGHVyE. Abu Bakar Al Muthawi’i selama dua belas tahun selalu aktif mengikuti majelis Imam Ahmad. Di majelis tersebut hadits tersebut Imam Ahmad membacakan Al Musnad kepada putra-putra beliau. Namun, selama mengikuti mejalis tersebut, Al Muthawi’i tidak memiliki catatan, walau hanya satu hadits. Lalu, apa yang dilakukan Al Muthawi’i di majelis itu? Beliau ternyata hanya ingin memandang Imam Ahmad. Ternyata, tidak hanya Al Muthawi’i saja yang datang ke majelis hadits hanya untuk memandang Imam Ahmad. Mayoritas mereka yang hadir dalam majelis tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Al Mathawi’i. Padahal jumlah mereka yang hadir dalam majelis Imam Ahmad saat itu lebih dari 5000 orang, namun yang mencatat hadits kurang dari 500 orang. Demikian Ibnu Al Jauzi mengisahkan Manaqib Imam Ahmad, 210. Apa yang dilakukan Al Muthawi’i, bukanlah hal yang sia-sia. Karena, memandang orang shalih bisa memberikan hal yang positif bagi pelakunya. Memandang orang shalih, bisa membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Sebagaimana dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah satu murid Hasan Al Bashri. Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah keras, maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” Tarikh Al Islam, 5/109. Imam Malik sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau berkisah,”Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin Al Munkadir dan memandangnya. Hal itu bisa memberikan peringatan kapadaku selama beberapa hari.” Tartib Al Madarik, 2/51-52. Imam Al Hasan Al Bashri sendiri dikenal sebagai ulama yang memandangnya, membuat pelakunya ingat kepada Allah, sebagaimana disebut oleh ulama semasa beliau, yakni Ibnu Sirin. Ulama lainnya, yang hidup semasa dengan beliau, Ats’ats bin Abdullah juga mengatakan,”Jika kami bergabung dengan majelis Al Hasan, maka setelah keluar, kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” Al Hilyah, 2/158. Jika demikian besar dampak positif yang diperoleh saat seorang memandang wajah orang-orang shaleh, maka melakukannya dihitung sebagai ibadah, karena telah melaksanakan saran Rasulullah. Dimana, suatu saat beberapa sahabat bertanya, “Karib seperti apa yang baik untuk kami?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila kalian memandang wajahnya, maka hal itu mengingatkan kalian kepada Allah.” Riwayat Abu Ya’la, dihasankan Al Bushiri. Sebagaimana beliau juga bersabda, “Sesungguhnya sebagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah.” Riwayat Ibnu Hibban, dishahihkan oleh beliau. Tak mengherankan jika Waqi’ bin Jarah menilai bahwa memandang wajah Abdullah bin Dawud adalah Ibadah. Abdullah sendiri adalah seorang ahli ibadah di Kufah saat itu. Tahdzib At Tahdzi, 7/296. Nasihat Memilih Teman Kondisi teman, bisa berpengaruh banyak hal kapada kita, sehingga perlu bagi kita berhati-hati memilih teman. Setidaknya, itulah inti dari nasehat yang disebutkan oleh Imam Abu Laits, dimana beliau mengatakan,”Seorang tidak akan melakukan 8 hal, kecuali Allah akan memberinya 8 hal pula. Kalau ia banyak bergaul dengan orang kaya, maka timbul dalam hatinya kesenangan terhadap harta. Kalau ia akrab dengan orang miskin, maka timbul dalam hatinya rasa syukur dan qana’ah. Kalau ia berteman dengan penguasa, maka timbul rasa sombong. Kalau ia berdekatan dengan anak-anak maka ia banyak bermain. Kalau ia dekat dengan para wanita, maka syahwatnya akan timbul. Kalau ia berkarib dengan orang-orang fasiq, maka datang keinginan untuk menunda-nunda taubat. Kalau ia dekat dengan ahli ilmu, maka ilmunya akan bertambah. Kalau ia dekat dengan ahli ibadah, maka akan termotivasi melakukant ibadah yang lebih banyak.” Bughyah Al Mustarsyidin, 9. Orang shaleh punya aura positif. Dan aura itu bisa menular kepada orang yang memandangnya SEBAGIAN besar orang beranggapan, bahwa serius dalam belajar di antaranya adalah membawa kertas dan pena. Catat, garisbawahi, semua penjelasan penting sang ulama yang menjadi guru. Namun, tidak demikian halnya dengan Abu Bakar Al-Muthawi’i. Ia lebih suka memandang wajah sang ulama hingga lembut dan tenteram hatinya. Selama 12 tahun ia aktif mengikuti majelisnya Imam Ahmad. Mestinya, catatannya sudah berlembar-lembar, sebagai bukti bahwa ia serius mengikuti majelis tersebut. Ternyata tidak. Jangankan selembar, secuil pun ia tak punya catatan. Ia datang memang bukan untuk mencatat. Ia datang hanya karena ingin memandang Imam Ahmad. Itu saja. Lebih “gila” lagi, Muthawi’i tidak sendiri. Mayoritas yang datang di majelis itu seperti Muthawi’i, cuma ingin menikmati wajah Sang Imam. Padahal, yang hadir tak kurang dari 5 ribu orang. Dari jumlah tersebut, yang kelihatan aktif mencatat sekirar 500 orang. Demikian Ibnu Al Jauzi mengisahkan Manaqib Imam Ahmad, 210. Seorang perempuan cantikah Imam Ahmad? Jelas bukan. Imam Ahmad adalah seorang ulama yang menyandang gelar salah satu imam mazhab ternama. Majelisnya adalah majelis hadits, karena beliau memang ahli hadits. Tak heran bila majelis pengajiannya menjadi rujukan banyak orang. Demikian juga kitab-kitabnya. Namanya harum hingga sekarang, bahkan sepanjang masa. Ingat kepada Allah Kembali kepada Muthawi’i, apa yang ia lakukan bukanlah sia-sia. Tetapi ada dasarnya. Orang shaleh punya aura positif. Dan aura itu bisa menular kepada orang yang memandangnya. Jelasnya, ia bisa membangkitkan semangat untuk meningkatkan amal kebaikan, apalagi saat keimanan sedang menurun. Itu pernah dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah satu murid Hasan Al Bashri. Beliau mengatakan, ”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah keras, maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” Imam Malik sendiri juga melakukan hal yang sama, tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau berkisah, ”Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin Al Munkadar dan memandangnya. Hal itu bisa memberikan peringatan kapadaku selama beberapa hari.” Dengan demikian, datang dan hadirlah kepada para ulama, terutama yang mengisi majelis-majelis ilmu, pandanglah wajah mereka untuk melunakkan hati dari kerasnya hati qoswah. Atau setidak-tidaknya, berdekat-dekatlah dengan wajah orang-orang yang shaleh, karena seperti disampaikan dalam bait syair populer masa kini, yakni “Tombo Ati” alias obat hati, yang ketiga adalah berkumpul dengan orang-orang yang shaleh. “Kaping telu wong kang sholeh kumpulono.”*/Abu Ilmia

memandang wajah orang sholeh